Breastfeeding tips ala Simbok Gwen & Gili

Saya sepakat dengan berbeda-bedanya pengalaman masing-masing Ibu dalam menyusui anaknya. Tidak hanya pada masing-masing ibu, namun masing-masing anak dari ibu yang sama pun memiliki pengalaman yang berbeda dalam hal menyusui. Hal ini saya rasakan betul dari pengalaman saya menyusui kedua anak saya, Gwen dan Gili, dimana saat menyusui Gwen, saya masih sangat cekak ilmu (meskipun Puji Tuhan bisa terkejar dan cukup sampai Gwen 2 tahun) dan saat menyusui Gili, Puji Tuhan sudah dibekali pengalaman dan literatur yang lebih banyak, sehingga  bisa saya katakan hasilnya berbeda. Persamaannya, saya menyusui sebagai seorang wanita bekerja yang harus meninggalkan anak dari pukul 07.00 sampai dengan 18.00 tiap harinya dan tentu saja banyak lika-likunya. Terlepas dari itu semua, tidak penting seberapa banyak yang bisa kita berikan untuk anak-anak, namun bagaimana kita menikmati tiap prosesnya dan seberapa kuat kita melawan hambatan yang menghadang. Haiyaaaaahhhhhhhh tssahhhh…pret! Jadi saya hanya murni berbagi pengalaman dan tips saya pribadi, tanpa berniat memberi judgement negatif pada ibu yang memberi anaknya sufor, karena ada keluarga saya sendiri yang memberi anaknya sufor, dimana saya menyaksikan sendiri usahanya yang sudah sangat maksimal dan susah payah untuk menyusui anaknya namun alam berkehendak lain. Beside that, i know that i’m not a good mom, and i dont like people judging me for something they don’t really understand.

Nah…lewat postingan ini, saya mau sedikit berbagi sama emak-emak atau gadis-gadis yang siapa tau sedang dan akan menjalani masa-masa menyusui yang indah, dan mudah-mudahan bermanfaat ya!

Mantapkan niat

Yang namanya usaha pasti akan sepenuh hati dijalani dengan semangat selama memiliki niat yang kuat. Kalau saya sih, supaya semangat, sebelum melahirkan saya sudah pasang niat menyusui dalam hati dan pikiran saya, dengan mengingat-ingat benefit buat saya dan anak saya kalau saya memberinya ASI. Salah tiganya, ASI itu memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, menyusui yang bisa memperkuat bonding (penting banget karena saya gak bisa 24 jam bersama dengan anak-anak saya) dan lagi MURAH (emak-emak pinginnya irit), sehingga alokasi dana susu bisa saya pakai buat belanja dan me time. Wkwkwkw. Sejak hamil saya simpan dan pantengin terus tuh gambar manfaat dan kandungan ASI, juga googling foto-foto bertagar #asip #asiperah supaya saya semangat dan yakin bisa nyetok banyak buat anak-anak saya di saat saya kembali bekerja setelah masa cuti melahirkan selesai.

Nikmati saat menyusui

Saya (dan mungkin hampir seluruh ibu yang lain) sangat menikmati momen menyusui anak-anak saya. Entah kenapa ada perasaan bahagia dan haru luar biasa ketika saya sedang menyusui langsung sambil mendekap dan memandang wajah, khususnya mata anak saya. Yang saya pikirkan adalah, begitu luar biasa melihat ada makhluk kecil lucu dan menggemaskan yang sangat-sangat menggantungkan hidupnya pada saya. Pengalaman saya, rasa bahagia ini bisa memancing hormon oksitosin yang ada dalam tubuh saya. Saya merasakan perbedaan ketika saya menyusui sambil betul-betul menikmatinya dengan ketika saya menyusui sambil mainan HP, nonton TV atau sibuk  mikirin hal lain. Ketika saya menyusui dan menikmati “romantisme” kami, entah kenapa anak saya terlihat begitu menikmati dan momen menyusui terasa lebih cepat. Namun ketika saya menyusui sambil mainan HP, nonton TV dan sibuk mikirin hal lain, anak saya menyusu tidak selesai-selesai dan kelihatan sedikit gelisah. Setelah saya baca bahwa perasaan bahagia bisa memancing oksitoksin, saya coba praktekan romantisme ini ketika anak saya terbangun tengah malam untuk menyusui. Saya, yang biasanya begitu malas bangun tengah malam dan menyusui anak saya, mencoba selalu memandang mata anak saya, dan taraaaa…waktu menyusui terasa lebih cepat dan anak saya lebih cepat kenyang! Mungkin perasaan happy yang muncul secara tidak sadar memancing oksitosin (keran) sehingga aliran ASI lebih lancar. Itu sugesti yang saya coba lho…mungkin ibu-ibu yang lain punya cara dan teknik yang lain. Happiness is a must!

Perah ASI sedini dan sesering mungkin

Awal masa menyusui anak sulung saya (Gwen) dulu, saya sudah baca beberapa literatur tentang ASI, salah satunya prinsip supply and demand, dimana semakin banyak dikeluarkan (baik diperah maupun saat menyusui langsung), maka produksi pun akan mengikuti. As a master of procrastination dan emang dasarnya males, akhirnya barulah saya mulai memerah dan nyetok ASIP 2-3 minggu sebelum masuk kerja lagi. Meskipun akhirnya produksi tetap naik dan Puji Tuhan cukup, tapi saya menyesal aja sih, harusnya saya bisa produksi lebih banyak lagi dan pasti stok lebih “aman” kalau misal saya mulai pumping lebih awal. Dan semua saya bayar setelah Gili lahir. Seminggu setelah melahirkan (bahkan ada juga lho yang sejak di RS pasca lahiran aja udah mulai mompa. Prok Prok Prok!!) saya mulai mencoba rutin memompa ASI tiap 3 jam. Meskipun masih sedikit dan dalam kondisi “lembek” setelah menyusuipun, saya tetap memompa. Pokoknya anytime ada kesempatan hajar deh, pompaaaa… dan ternyata hasilnya beda banget sama waktu  menyusui Gwen. PD terasa lebih cepat “penuh” dan yang paling berasa bedanya sih dilihat dari jumlah ASIP yang bisa saya bawa pulang setiap harinya ketika sudah mulai bekerja kembali. Jaman Gwen dulu, paling cuma bisa bawa pulang 600-700ml. Sekarang minimal 1 liter saya bawa pulang setiap harinya (ini mungkin juga efek dari kebutuhan minum Gili yang lebih banyak dari Gwen, secara anak cowok katanya sih lebih banyak minumnya dari pada anak cewek).

Siapkan nursing gear lengkap sebelum kembali bekerja

Dari kecil saya selalu lebih semangat berangkat sekolah kalau misal bawa peralatan sekolah yang lengkap dan well prepared, apalagi kalau baru beli dan lucu-lucu, hihihi. Hal ini juga berlaku sampai sekarang. Saya sudah siapkan nursing gear saya jauh-jauh hari sebelum kembali bekerja. Niatnya sih, biar semangat pumping pas udah masuk kerja. Tentang printilan nursing gear apa saja yang rutin saya bawa kemana-mana tiap harinya, saya posting di lain waktu yah, hehehehe.

Minum air bak sapi glondongan

Nah ini nih, logika saya sih ASI itu kan cairan ya, jadi gimana mau banyak produksinya kalau misal kita sendiri kurang cairan. Disamping sekian banyak manfaat air putih buat tubuh kita, saya perbanyak konsumsi air putih dengan tujuan menjaga produksi ASI. Untuk mastiinnya sih, saya beli botol ukuran 2 L buat diisi dan ditaruh di meja kantor dengan target habis saya minum selama sehari saya di kantor. Jadi pantang pulang sebelum botol kosong. Biar semangat saya beli slim line tupperware warna ungu biar meja juga makin colorful. Hahahaha. Anak SMP banget ternyata saya ya.

tupperware-2l-slim-line-with-strainer-biru-9062-5695047-22afb5bae5a9c6c650fef45d64caa0c8
sumber : http://www.lazada.co.id

 

Eat anything you crave, but don’t forget to eat the healthy ones

Ini nihhhh yang paling jadi pembelaan diri para busui buat makan banyak. Alesannya sih biar ASInya melimpah wakakaakakak. Saya banget sih kalau ini. Kalau mood lagi enggak bagus, whatsapp suami bilang “moodku gak enak nih, takutnya asinya seret. Pengen banget martabak bandung Kota Baru yang legendaris ono nohhhhh”. Hahaha dan suami sih biasanya langsung belikan. Mungkin dia mikir dari pada harus beli formula yang harganya ampun-ampunan kali ya, mending dia senengin bininya beli martabak terang bulan coklat kacang plus keju lumer-lumer basahnya seporsi which is cuma 80 ribu. Seriusan, pas nulis ini saya beneran ngebayangin lumer-lumernya keju yang meleleh bercampur sama susu kental manisnya martabak terang bulan Kota Baru. Nomnomnom. Dan lagipula, kalau pengen sesuatu trus keturutan itu kan rasanya puas gitu ya. Nah…puas larinya ke happy, oksitosin naik trus asi lancar deh. Hahahaha…

Eitsssss….tapi tetep gak lupa ya buat atur makanan biar bergizi. Biar gak cuma banyak tapi ASI yang diproduksi juga berkualitas. Kalau mengutip salah satu kalimat di beberapa caption penyanyi Andien di instagramnya sih…you are what your mother eats. Protein, protein, protein, baru sayur dan buah. So…gak ada salahnya juga kan makan bergizi. Tubuh kita sendiri sehat, bonus makin pede pula buat menyusui anak-anak. Yeayyyy!

Rutin memerah, stick to your pumping schedule

Ini penting banget, khususnya buat ibu bekerja macem saya. Sekali dua kali males pumping aja, produksi bisa turun loh. Kalau saya penyakitnya sih, dinas luar/lapangan, weekend dan freezer yang penuh. Kerjaan saya di kantor kadang mengharuskan saya untuk ke lapangan mengunjungi beberapa tempat sekaligus. Kadang suka males pumping di jalan karena bawa sopir kantor yang notabene laki-laki, jadi berasa gak enak aja. Untungnya, saya lumayan akrab sama doi, jadi belakangan gak segan sih, buat sekedar nyuruh doi agak lama leyeh-leyeh di musholla pas waktu shalat, sementara saya pumping di dalem mobil. Masalah lainnya adalah weekend. Rutinitas harian di kala weekdays yang melelahkan kadang bikin saya bener-bener pengen leyeh-leyeh di kala weekend, tanpa rush hour, tanpa jadwal apapun. Saya pernah sama sekali tidak pumping di sela-sela waktu menyusui langsung, bahkan ketika PD terasa penuh karena malas. Akibatnya? Hari senin hasil perahan saya menurun. Meskipun bisa berhasil naik lagi di hari berikutnya, tapi bikin jadi parno aja buat nunda-nunda pumping.

Ngerapel jadwal pumping juga gak disarankan loh. Karena kerasnya PD karena penuh dengan ASI itu bisa kirim sinyal berkurangnya permintaan ASI yang dampaknya bisa jadi produksi ASI ikut berkurang. Alhasil saya selalu berusaha stick to the schedule aja. Mending sering sesuai jadwal tapi bentar-bentar, dari pada dirapel meskipun sekali pumping banyak dan lama. Hasilnya? Contoh riilnya sih…saya bandingkan hasilnya ketika saya rutin pumping jam 4 pagi sebelum pumping di kantor jam 8 pagi, dengan ketika sesi pumping saya rapel jam 8 pagi dengan alasan males pumping subuh-subuh. Hasil pumping saya jam 4 pagi 300 ml, dan jam 8 hasilnya 200 ml. Tapi ketika saya skip sesi pumping subuh, jam 8 pagi hasil perahan hanya berkisar 350-400ml. See? Rapel sesi pumping bukan berarti bikin hasil pumping kita jadi double, Maks. Jadi, berusaha aja buat teratur pumping sesuai jadwal.

Jika berlebih, donorkan ASIP pada yang membutuhkan

Sudah saya sebutkan di atas, bahwa salah satu penyebab munculnya penyakit males pumping saya adalah kalau freezer full. Sempet beberapa kali bingung mikir mau ditaruh dimana lagi ASIP-ASIP saya nantinya, karena freezer di dua lemari es di rumah sudah full loaded, akhirnya saya pilih buat gak pumping dulu. Nah, ini juga pernah sukses bikin produksi ASI turun. Buat mengatasinya akhirnya saya donorkan sebagian ASIP saya buat bayi lain yang membutuhkan. Beberapa ada yang nyuruh saya sewa freezer lagi, tapi setelah dipikir-pikir akhirnya saya gak jadi sewa freezer. Kalau bisa dinikmati sama yang membutuhkan, lebih baik saya kasih dari pada cuma jadi stok yang akhirnya nanti terbuang kalau sudah lewat jangka waktu penyimpanan (3-6 bulan). Lagi pula…saya lebih baik kasih Gili ASIP yang terbaru dari pada hasil perahan lama. Satu lagi, donor bikin kita lebih semangat pumping dan nyetok ASIP loh. Kalau kita tau ada yang membutuhkan kita, effort kita juga pasti bakal lebih maksimal kan?

Itu beberapa dari tips dan pengalaman dari sekian cerita yang mungkin beberapa tidak saya ingat tentang perjalanan saya menyusui dan menyetok ASIP untuk anak saya. Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa jadi referensi untuk yang memerlukan. Selalu bersyukur dan semangat meng-ASI-hi dengan cintaaaaaa ^^

 

2 pemikiran pada “Breastfeeding tips ala Simbok Gwen & Gili

Tinggalkan komentar